Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage saya kunjungi
ketika senja sudah mulai turun di Kota Purwokerto pada September lalu.
Kunjungan terakhir pada hari itu, sebelum kembali ke tempat saya
menginap di rumah saudara setelah seharian berkeliling di beberapa tempat di sekitar Purwokerto dan Baturraden.
Saya sebut Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage karena letaknya di belakang Pasar Wage, Purwokerto, dan berdirinya kelenteng memang tidak lepas dari adanya pasar. Itu sebabnya tuan rumah Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage adalah Dewa Bumi, yang dipuja para pedagang agar mendapatkan rezki berlimpah dalam menjalankan usahanya.
Gerbang masuk Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage yang didominasi warna merah kuning dan ornamen khas kelenteng, diantaranya sepasang naga berebut mustika di atas wuwungan gerbang.
Ada pula sepasang Ciok Say (patung singa) berwarna hijau di depan gerbang. Lazimnya di sebelah kiri adalah singa jantan yang memegang uang logam Cina (gobok), sedangkan di sebelah kanan adalah singa betina yang menimang anaknya.
Umbul-umbul di depan gerbang menyebutkan bahwa Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage saat itu tengah menyelenggarakan acara Sembahyang King Hoo Ping atau Sedekah Bumi. Ada pula spanduk berisi tulisan “Di empat penjuru lautan, semua umat bersaudara.”
Pintu bagian dalam Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage, dijaga sepasang naga emas melilit pilar dengan sisik perut dan punggung berwarna kemerahan yang dibuat halus dan sangat cantik.
Di kiri kanan pintu masuk terdapat mural dewa yang berdiri melayang di atas awan, berpakaian perang dan pedang terhunus memandang setiap tamu yang memasuki gerbang. Lampion di sebelah kiri dihias lukisan harimau, bentuk yang jarang saya lihat. Dibalik pintu masuk adalah Altar Thian untuk menyembah Dewa Langit.
Altar Konghucu di Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Genta Rohani berwarna keemasan lambang Konghucu terlihat pada dinding, yang menjadi perlambang penyuluh kehidupan bagi umat Konghucu. Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage memang kelenteng Konghucu, meskipun ada rupang Tao dan Buddha di dalamnya.
Pada sisi dinding lainnya terdapat tulisan dalam huruf Cina dan Latin tentang Delapan Pengakuan iman yang isinya: 1. Sepenuh iman percaya kepada Tuhan YME, 2. Sepenuh iman menjunjung Kebajikan, 3. Sepenuh iman menegakkan Firman Gemilang, 4. Sepenuh iman menyadari adanya Nyawa dan Rokh, 5. Sepenuh iman memupuk Cita Berbakti, 6. Sepenuh iman mengikuti Genta Rokhani Nabi Kongzi, 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing, dan 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci.
Altar Guan Yu atau Kwan Kong di Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Kwan Kong adalah Dewa Pelindung Perdagangan, Dewa Pelindung Kesusastraan dan Dewa Pelindung Rakyat dari petaka perang. Kwan Kong dipercaya memiliki watak yang budiman.
Altar Hian Thian Siang Tee (Dewa Langit Utara) di ruang utama Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Hian Thian Siang Tee digambarkan sebagai dewa dengan pakaian perang berwarna keemasan. Tangan kanannya menghunus pedang penakluk iblis, sedangkan kedua kakinya yang tidak menggunakan sepatu menginjak kura-kura dan ular.
Saya sebut Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage karena letaknya di belakang Pasar Wage, Purwokerto, dan berdirinya kelenteng memang tidak lepas dari adanya pasar. Itu sebabnya tuan rumah Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage adalah Dewa Bumi, yang dipuja para pedagang agar mendapatkan rezki berlimpah dalam menjalankan usahanya.
Gerbang masuk Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage yang didominasi warna merah kuning dan ornamen khas kelenteng, diantaranya sepasang naga berebut mustika di atas wuwungan gerbang.
Ada pula sepasang Ciok Say (patung singa) berwarna hijau di depan gerbang. Lazimnya di sebelah kiri adalah singa jantan yang memegang uang logam Cina (gobok), sedangkan di sebelah kanan adalah singa betina yang menimang anaknya.
Umbul-umbul di depan gerbang menyebutkan bahwa Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage saat itu tengah menyelenggarakan acara Sembahyang King Hoo Ping atau Sedekah Bumi. Ada pula spanduk berisi tulisan “Di empat penjuru lautan, semua umat bersaudara.”
Pintu bagian dalam Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage, dijaga sepasang naga emas melilit pilar dengan sisik perut dan punggung berwarna kemerahan yang dibuat halus dan sangat cantik.
Di kiri kanan pintu masuk terdapat mural dewa yang berdiri melayang di atas awan, berpakaian perang dan pedang terhunus memandang setiap tamu yang memasuki gerbang. Lampion di sebelah kiri dihias lukisan harimau, bentuk yang jarang saya lihat. Dibalik pintu masuk adalah Altar Thian untuk menyembah Dewa Langit.
Altar Konghucu di Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Genta Rohani berwarna keemasan lambang Konghucu terlihat pada dinding, yang menjadi perlambang penyuluh kehidupan bagi umat Konghucu. Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage memang kelenteng Konghucu, meskipun ada rupang Tao dan Buddha di dalamnya.
Pada sisi dinding lainnya terdapat tulisan dalam huruf Cina dan Latin tentang Delapan Pengakuan iman yang isinya: 1. Sepenuh iman percaya kepada Tuhan YME, 2. Sepenuh iman menjunjung Kebajikan, 3. Sepenuh iman menegakkan Firman Gemilang, 4. Sepenuh iman menyadari adanya Nyawa dan Rokh, 5. Sepenuh iman memupuk Cita Berbakti, 6. Sepenuh iman mengikuti Genta Rokhani Nabi Kongzi, 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing, dan 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci.
Altar Guan Yu atau Kwan Kong di Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Kwan Kong adalah Dewa Pelindung Perdagangan, Dewa Pelindung Kesusastraan dan Dewa Pelindung Rakyat dari petaka perang. Kwan Kong dipercaya memiliki watak yang budiman.
Altar Hian Thian Siang Tee (Dewa Langit Utara) di ruang utama Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Hian Thian Siang Tee digambarkan sebagai dewa dengan pakaian perang berwarna keemasan. Tangan kanannya menghunus pedang penakluk iblis, sedangkan kedua kakinya yang tidak menggunakan sepatu menginjak kura-kura dan ular.