Kamis, 14 Maret 2013

Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage

Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage saya kunjungi ketika senja sudah mulai turun di Kota Purwokerto pada September lalu. Kunjungan terakhir pada hari itu, sebelum kembali ke tempat saya menginap di rumah saudara setelah seharian berkeliling di beberapa tempat di sekitar Purwokerto dan Baturraden.
Saya sebut Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage karena letaknya di belakang Pasar Wage, Purwokerto, dan berdirinya kelenteng memang tidak lepas dari adanya pasar. Itu sebabnya tuan rumah Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage adalah Dewa Bumi, yang dipuja para pedagang agar mendapatkan rezki berlimpah dalam menjalankan usahanya.
kelenteng hok tek bio pasar wage
Gerbang masuk Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage yang didominasi warna merah kuning dan ornamen khas kelenteng, diantaranya sepasang naga berebut mustika di atas wuwungan gerbang.
Ada pula sepasang Ciok Say (patung singa) berwarna hijau di depan gerbang. Lazimnya di sebelah kiri adalah singa jantan yang memegang uang logam Cina (gobok), sedangkan di sebelah kanan adalah singa betina yang menimang anaknya.
Umbul-umbul di depan gerbang menyebutkan bahwa Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage saat itu tengah menyelenggarakan acara Sembahyang King Hoo Ping atau Sedekah Bumi. Ada pula spanduk berisi tulisan “Di empat penjuru lautan, semua umat bersaudara.”
kelenteng hok tek bio pasar wage
Pintu bagian dalam Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage, dijaga sepasang naga emas melilit pilar dengan sisik perut dan punggung berwarna kemerahan yang dibuat halus dan sangat cantik.
Di kiri kanan pintu masuk terdapat mural dewa yang berdiri melayang di atas awan, berpakaian perang dan pedang terhunus memandang setiap tamu yang memasuki gerbang. Lampion di sebelah kiri dihias lukisan harimau, bentuk yang jarang saya lihat. Dibalik pintu masuk adalah Altar Thian untuk menyembah Dewa Langit.
kelenteng hok tek bio pasar wage
Altar Konghucu di Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Genta Rohani berwarna keemasan lambang Konghucu terlihat pada dinding, yang menjadi perlambang penyuluh kehidupan bagi umat Konghucu. Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage memang kelenteng Konghucu, meskipun ada rupang Tao dan Buddha di dalamnya.
Pada sisi dinding lainnya terdapat tulisan dalam huruf Cina dan Latin tentang Delapan Pengakuan iman yang isinya: 1. Sepenuh iman percaya kepada Tuhan YME, 2. Sepenuh iman menjunjung Kebajikan, 3. Sepenuh iman menegakkan Firman Gemilang, 4. Sepenuh iman menyadari adanya Nyawa dan Rokh, 5. Sepenuh iman memupuk Cita Berbakti, 6. Sepenuh iman mengikuti Genta Rokhani Nabi Kongzi, 7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing, dan 8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci.
kelenteng hok tek bio pasar wage
Altar Guan Yu atau Kwan Kong di Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Kwan Kong adalah Dewa Pelindung Perdagangan, Dewa Pelindung Kesusastraan dan Dewa Pelindung Rakyat dari petaka perang. Kwan Kong dipercaya memiliki watak yang budiman.
kelenteng hok tek bio pasar wage
Altar Hian Thian Siang Tee (Dewa Langit Utara) di ruang utama Kelenteng Hok Tek Bio Pasar Wage.
Hian Thian Siang Tee digambarkan sebagai dewa dengan pakaian perang berwarna keemasan. Tangan kanannya menghunus pedang penakluk iblis, sedangkan kedua kakinya yang tidak menggunakan sepatu menginjak kura-kura dan ular.

Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja

Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja akhirnya saya kunjungi juga, dengan menyeberangi Jalan Jenderal Sudirman Sokaraja lantaran pintu pagar kelenteng terlihat tertutup dan tidak ada tempat parkir di sisi kiri jalan. Sementara itu Tri mencari tempat parkir setelah belok kanan di pertigaan jalan.
Namun setelah sampai di dekat pagar kelenteng, ternyata pintu tidak digembok sebagaimana saya duga, sehingga dengan menggeser pagar saya pun bisa melangkah masuk ke dalam. Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja masih terlihat sepi pagi itu.
Kelenteng hok tek bio sokaraja
Tampak muka Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja yang terlihat cantik dengan sepasang naga berebut mustika diwuwungan gapura.
Gapura Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja ini letaknya terpisah dari bangunan utama kelenteng, sekitar 1,5 meter di depannya. Namun karena tidak ada tembok di kiri kanannya maka gapura ini terlihat agak unik.
Di bawah tulisan nama kelenteng, di atas tiang sebelah kiri terdapat lukisan relief burung hong, dan di tiang sebelah kanan ada relief naga. Sedangkan di keempat tiangnya terdapat relief lukisan daun, buah, bunga, seruling, pohon bambu, obor, pedang, kipas, dan labu.
Pada kedua sisi dinding luar terdapat pula relief lukisan dewa berpakaian perang dengan tangan memegang pedang terhunus yang berdiri melayang di atas awan.
Kelenteng hok tek bio sokaraja
Sebuah lukisan pada salah satu dinding ruang tengah Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja.
Ruang tengah Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja ini setengah terbuka. Ada bagian tanpa dinding di kiri kanan ruangan diselang-seling dengan tembok. Pada tembok itulah terdapat lukisan dinding yang besar dan indah. Lukisan ini merupakan sumbangan Soegiarto dari Mojokerto, diberikan pada 10 Oktober 2002.
Kelenteng hok tek bio sokaraja
Lukisan pada dinding lain Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja, menggambarkan seorang raja dengan panglima perang dan seorang sastrawan. Belakangan baru saya ketahui bahwa yang saya kira raja adalah Kwan Kong, panglima perang itu adalah pengawal setianya bernama Ciu Chong, serta yang berpakaian sastrawan adalah anak angkatnya bernama Koan Phing.
Lukisan ini juga sumbangan Soegiarto pada 10 Oktober 2002. Sayang saya tidak mengetahui makna masing-masing lukisan itu. Hanya ada petugas yang bersih-bersih saat itu, yang kebetulan tidak tahu banyak.
Kelenteng hok tek bio sokaraja
Lukisan Dewi Kwan Im Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja, digambarkan tengah duduk di atas bunga teratai, dilayani seorang dayang kecil dan seekor naga bersisik hijau dengan garis kuning di perutnya.
Lukisan cantik ini merupakan sumbangan Oeng Hie In dari Jian Wan Cowloon, Hongkong, juga diberikan pada 10 Oktober 2002.
Kelenteng hok tek bio sokaraja
Lukisan Dewi Kwan Im lainnya di Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja.
Lukisan ini disumbangkan oleh Oeng Fa Sing, Fujing, Fujian, Cina, yang juga diberikan pada 10 Oktober 2012. Entah ada peristiwa apa pada tanggal itu, sehingga sumbangan lukisan-lukisan itu semuanya diberikan pada hari yang sama.

Lokawisata Baturaden

Lokawisata Baturaden adalah sebuah obyek wisata menarik yang terletak di pinggang Gunung Slamet (+3.432m), sekitar 14 km sebelah utara Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Gunung yang menjulang tinggi itu bisa dilihat dengan jelas dari rumah keluarga di sebuah dusun bernama Mersi, Purwokerto Wetan.
Kunjungan terakhir saya ke Purwokerto memakan waktu sekitar 5 jam dengan kereta pagi dari Jakarta, atau 2-3 jam lebih cepat dibandingkan dengan mengendarai mobil. Biasanya hal pertama yang saya lakukan ketika tiba di Purwokerto adalah menikmati Soto Jalan Bank, di Jalan Bank, di jantung kota Purwokerto.
Adalah dalam perjalanan menuju Soto Jalan Bank, saya melihat papan nama Museum BRI di sudut Jl. Bank, dan karenanya saya pergi ke sana setelah menikmati lezatnya soto. Namun saat itu sudah lewat jam 11.30, hari Jumat, dan pintu museum telah ditutup, sehingga saya pun pergi ke Masjid Agung Purwokerto untuk Jumatan.
Lokawisata Baturaden
Masjid Agung Purwokerto, dengan latar depan seorang pria tengah melangkah di atas hamparan rumput hijau dekat sebuah tanda yang berbunyi “Dilarang berjalan di atas rumput”…
Saya pun naik taksi dari depan Alun-alun Purwokerto ke Baturaden dengan ongkos tetap Rp.25.000 sekali jalan, yang merupakan tarif resmi untuk pergi ke Baturaden. Ketika pulang ke Purwokerto dari Baturaden saya naik angkot yang cukup nyaman dengan ongkos Rp.5.000.
Tiket masuk ke daerah Lokawisata Baturaden adalah Rp3,000 per orang. Baturaden merupakan kompleks wisata yang sangat luas dimana pengunjung bisa menikmati pemandangan indah lereng Gunung Slamet, bermain di kolam renang, air terjun, atau berjalan kaki ke sumber air panas di Pancuran-3 dan Pancuran-7, dan menyenangkan anak di area permainan.
Lokawisata Baturaden
Sebuah monumen yang terletak beberapa meter dari gerbang pintu masuk Lokawisata Baturaden, didirikan sebagai peringatan untuk mengenang para anggota Brigade XVII Tentara Pelajar Kompi Purwokerto yang gugur dalam pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, antara tahun 1940-1949.
Lokawisata Baturaden
Diorama di Lokawisata Baturaden yang menggambarkan legenda Raden Kamandaka, atau Lutung Kasarung, nama-nama samaran yang digunakan oleh Banyak Cotro selama pengembaraannya untuk mencari pasangan hidup, yang membawanya ke Kadipaten Pasir Luhur, sebuah daerah di abad 14 yang berada di sekitar Baturaden. Banyak Cotro adalah seorang pangeran, anak tertua dari permaisuri pertama Raja Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.
Ini merupakan sebuah legenda yang menggambarkan hubungan diantara pusat kekuasaan di Jawa Barat dan Jawa Tengah di masa silam dengan akhir bahagia, tidak sebagaimana dengan cerita tragis Perang Bubat yang membawa kejatuhan Mapatih Gajah Mada dari tampuk kekuasaan,
Lokawisata Baturaden
Anak tangga yang menuju ke kompleks makam yang dikeramatkan di Lokawisata Baturaden. Tempat ini konon merupakan petilasan Gusti Kenconowungu dan Raden Kamandaka. Kenconowungu diduga adalah kerabat dekat keluarga Kesultanan Surakarta.
Lokawisata Baturaden
Jajaran hutan pinus di latar belakang, dan Sungai Gumawang di bagian depan, pemandangan asri Lokawisata Baturaden.

Curug Bayan

Letak Curug Bayan hanya beberapa puluh langkah dari lokasi Dam Jepang Kalipagu, dicapai melalui jalan setapak di sebelah kiri Villa Curug Bayan yang berdiri di tepian Kali Banjaran, dengan pemandangan langsung ke arah Curug Bayan dan Dam Jepang.
Curug Bayan berada di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, dengan ketinggian 7 meter di aliran Kali Banjaran. Tampaknya belum ada angkutan umum reguler yang melayani pejalan untuk mencapai lokasi Curug Bayan, sehingga untuk ke sana lebih baik menggunakan kendaraan sendiri.
curug bayan
Seorang anak duduk di sebuah batu besar mengamati dua temannya yang tengah bermain air di bagian bawah Curug Bayan Kalipagu yang dibendung sehingga membentuk kolam dengan air alam yang sangat jernih.
curug bayan
Musim hujan belum lagi tiba ketika saya berkunjung ke Curug Bayan Kalipagu, sehingga alir airnya tidak begitu deras dan sangat jernih.
Serakan batuan besar kecil di atas batang Kali Banjaran memberi suasana sekitar curug, dan menjadi tempat baik untuk nongkrong menikmati pemandangan sekitar yang indah.
villa curug bayan
Bangunan kayu bertingkat Villa Curug Bayan yang terletak persis di tepi Kali Banjaran, beberapa puluh meter di bawah Curug Bayan Kalipagu.
Sumber air berlimpah dan jernih, udara dingin yang menjelang sore mendatangkan kabut romantis, membuat biaya perawatan dan pemakaian villa di wilayah pegunungan semacam ini menjadi sangat minimal. Tidak perlu listrik untuk menghidupkan AC, tidak perlu air pam untuk mengisi kolam renang, dan tidak pula perlu zat kimia untuk penjernihnya.
curug bayan
Ketinggian Curug Bayan Kalipagu yang mencapai 7 meter ini telah menciptakan kedung cukup dalam di bawah curug.
Sebagaimana pada curug lainnya, debit air yang membesar pada musim penghujan akan menimbulkan pusaran air yang bisa berbahaya bagi pejalan. Selalu berhati-hati jika ingin berenang di kedung di bawah air terjun. Lebih aman dan asik berenang di bagian hilir, di tempat anak-anak kecil pada foto sebelumnya.
curug bayan
Kedung Curug Bayan Kalipagu yang airnya tenang dan jernih ini memang bisa dengan sangat mudah menggoda pengunjung untuk mencebur ke dalamnya.

Bumi Perkemahan Kendalisada

Cukup lama saya mampir di Bumi Perkemahan Kendalisada ketika berkunjung beberapa bulan lalu. Sebagian karena hari masih pagi sehingga udara belum begitu panas, sebagian lagi karena area Bumi Perkemahan Kendalisada memang sangat luas, seluas 20 hektar, dan juga karena berbincang dengan salah seorang penjaga.
Dari arah Purwokerto, jalan masuk ke Bumi Perkemahan Kendalisada berada sekitar 100 meter setelah SMK Negeri I Kalibagor, di kanan jalan. Lokasi Bumi Perkemahan Kendalisada ini masuk ke wilayah Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, berjarak 12,6 km atau 26 menit perjalanan dari Alun-alun Purwokerto.
bumi perkemahan kendalisada
Gerbang masuk ke kompleks Bumi Perkemahan Kendalisada ketika seorang petugas kebersihan tengah menyapu jalanan dengan sapu lidinya.
Tidak ada penjaga di sana, dan kamipun langsung masuk ke dalam kompleks mengikuti alur jalan beraspal yang masih cukup baik, melewati area pembibitan pohon dan kawasan hutan yang kelihatan relatif muda.
Setelah 200 meter kemudian terlihatlah gapura berbentuk candi bentar, serta sebuah pendopo berbentuk joglo berukuran cukup besar di sisi sebelah kanan belakangnya.
bumi perkemahan kendalisada
Pohon beringin di depan pendopo Bumi Perkemahan Kendalisada, meskipun belum terlalu besar, cukup membantu memberi keteduhan bagi pengunjung.
Meskipun tidak ramai dan tidak terlihat ada rombongan orang yang tengah berkemah saat itu, namun ada beberapa orang pria tengah duduk-duduk di tepian pendopo ketika kami tiba.
bumi perkemahan kendalisada
Petugas Bumi Perkemahan Kendalisada lainnya yang tengah membersihkan daerah sekitar candi bentar. Area Bumi Perkemahan Kendalisada yang sangat luas ini memang membutuhkan cukup banyak orang untuk menjaga dan merawatnya.
Di sebelah kiri, pada dinding candi, terdapat tulisan berbunyi:
Tri Satya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh
  1. Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjalankan Pancasila
  2. Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat
  3. Menepati Dasa Darma
Yang dimaksud Dasa Darma adalah ketentuan moral bagi anggota Pramuka yang berjumlah sepuluh butir. Teks Dasa Darma ditulis pada dinding candi bentar di sebelah kanan. Di samping teks Tri Satya di atas terdapat relief Hanoman dan seorang ksatria dalam posisi melempar sebilah lembing.
Hanoman adalah kera sakti putera Bathara Guru dengan Dewi Anjani, sulung Resi Gotama. Hanoman hidup panjang dari jaman Ramayana, sampai jaman perang Mahabharata dan jaman madya sesudahnya. Adalah ketika telah menjadi bagawan di pertapaan Kendalisada, Hanoman mengasuh Pandawa. Nama pertapaan Hanoman itulah yang digunakan sebagai nama bumi perkemahan ini.
bumi perkemahan kendalisada
Sebuah tengara di Bumi Perkemahan Kendalisada yang menandai peresmian Gedung Lembaga Cadika “Kendalisada” oleh Gubernur Jawa Tengah Soepardjo pada 28 Oktober 1982.
Selain gedung serbaguna seluas 200 m2, di Bumi Perkemahan Kendalisada juga terdapat asrama seluas 120 m2, dan ruang perkantoran dengan luas 100 m2. Di ruang kantor itulah saya berbincang sebentar dengan petugas jaga.
bumi perkemahan kendalisada
Satu-satunya warung di Bumi Perkemahan Kendalisada.
Warung sederhana di dekat pendopo Bumi Perkemahan Kendalisada ini menyediakan minuman panas bagi pengunjung, serta jajanan ringan, dan mie rebus.

Batur Agung Mount of Fun

Adalah karena memang melewati beberapa fasilitas Batur Agung Mount of Fun yang berada diantara Situs Batur Agung dan Situs Batur Rana, maka saya pun menyempatkan untuk berhenti beberapa kali untuk mengambil sejumlah foto.
Pembuatan wisata keluarga Batur Agung Mount of Fun merupakan sebuah ide yang sangat baik, dengan memanfaatkan kejernihan air yang berasal dari Gunung Slamet untuk membuat taman air, kolam pancing dan arung jeram serta beberapa fasilitas bermain lainnya, di tengah hawa pegunungan yang sejuk, dan didukung panorama alam perbukitan yang indah.
batur agung mount of fun
Flying fox merupakan salah satu fasilitas Batur Agung Mount of Fun yang bisa dinikmati pengunjung. Selain itu ada pula ATV, panjat jaring, dan beberapa permainan outbound lainnya.
Panjang lintasannya lumayan jauh, 125 meter, meluncur melewati area kolam pancing, yang menurut mereka didampingi instruktur berpengalaman dan memiliki sertifikat.
batur agung mount of fun
Kolam pemancingan Batur Agung Mount of Fun yang cukup luas dan terlihat rapi terawat, dengan latar keliling perbukitan kaki Gunung Slamet yang hijau.
Jika tidak membawa peralatan pancing, pengunjung yang senang memancing tidak perlu khawatir, karena bisa menyewanya di tempat dengan harga sewa cukup murah.
batur agung mount of fun
Wahana Taman Air (Waterpark) Batur Agung Mount of Fun yang terletak terpisah dari fasilitas sebelumnya, persis berada di sisi kanan Kali Logawa.
Papan luncur dan kolam anak-anak dengan air pegunungan yang jernih bebas kaporit bisa dinikmati di wahana taman air Batur Agung Mount of Fun ini.

Jembatan yang melintas di atas Kali Logawa, di samping wahana taman air Batur Agung Mount of Fun.
Debit air Kali Logawa sedang rendah di ujung musim kering ketika itu, sehingga kegiatan Arung Jeram Kali Logawa pun dihentikan untuk sementara sampai debit airnya mencukupi.
batur agung mount of fun
Di area taman air Batur Agung Mount of Fun terdapat beberapa buah dangau yang bisa dipakai pengunjung untuk bersantai sambil menikmati suasana sekitar, ditingkah gemercik suara alir air Kali Logawa melewati sela bebatuan.